Tanaman transgenik mulai dikenal di Indonesia sejak Kapas Bollgard ditanam di Sulawesi Selatan. Kapas ini direkomendasikan mampu berproduksi lebih 3 ton per ha dan dapat meningkatkan pendapatan petani hingga lima kali lipat. Mungkin dengan alasan ini sehingga Mentan mengeluarkan SK no. 03/Kpts/KB/ 430/1/2002 untuk lanjutkan penanaman Bollgard tahun 2002, yang diikuti oleh optimisme pemerintah melalui Direktorat Tanaman Semusim Ditjen Bina Perkebunan Deptan bahwa tahun 2007 dengan produksi 4 ton per ha pada lahan 500.000 ha di Sulawesi Selatan saja, Indonesia mampu untuk tidak mengimpor kapas lagi. Namun betapapun hebat iklan yang dilakukan oleh Perusahaan pemilik Bollgard, para Birokrat dan para pakar, kenyataan di lapangan membuktikan lain.

Klaim tentang kualitas dan kuantitas produksi rata-rata kapas Bollgard jauh di atas kapas jenis Kanesia, hingga 2 tahun pengembangannya di daerah Sul-Sel belum mencapai hasil optimal sebagaimana digembar-gemborkan selama ini. Dari 4364,2 ha lahan kapas yang ditanam, ternyata total produksi yang dicapai 4.312,131 kg saja, ini artinya hanya 0,989 ton per ha padahal seharusnya 17,456,8 sebagaimana sebelumnya diklaim untuk kapas transgenik bisa menghasilkan kapas serat sebesar 4 ton per ha. Pada aspek sosial; dari 4438 petani penanam Bollgard, ada 76 % petani tidak mampu mengembalikan kredit (satu tahun tanaman transgenik, siapa yang untung.

Madhya Pradesh merupakan salah satu negara bagian dan dikenal sebagai “the cotton-growing belt” di India adalah saksi mata dari kegagalan kapas transgenik Bt-cotton karena sangat bermasalah terhadap hama dan penyakit termasuk Helicoverpa armigera . Di distrik Maharashtra saja sekitar 30.000 ha dengan sempurna tidak bisa panen, dan pemerintah setempat menuntut kompensasi sebesar 5 milyar rupee. Keberatan petani penanam jagung RR (round-up ready) di distrik Udaipur, India yang hanya mendapatkan rata-rata hasil 17,5 kwintal per ha dari yang dijanjikan bisa mencapai 125-225 kwintal per ha (harga benih lokal Desi 5 rupee / kg ; jagung RR 55 rupee / kg), sedangkan produksi jagung lokal 15 kwintal/ha, hanya 250 kg lebih rendah dari jagung RR.

Pada gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa Bollgard di Sul-sel tidak sukses setelah 2 tahun penanamannya, sama yang terjadi di India. Adakah yang salah ? dan ada apa dengan tanaman transgenik ?.


CONVENTIONAL versus GENETIC ENGINEERING BREEDING

Pemuliaan tanaman secara konvensional merupakan persilangan allel dari gene yang sama dipadukan dalam khromosomal sebagai hasil dari evolusi. Teknik konvensional merupakan teknologi murah-meriah dan di lapangan kehadirannya relatif stabil dibanding dengan teknik rekayasa genetik (GE). Kultivar tanaman hasil GE relatif tidak stabil dibanding dengan kultivar tanaman non transgenik (van der Krol et al., 1998; Doerfler, 1997; Traavik, 1998 dan Bergelson et al., 1999). Ketidakstabilan tanaman transgenik di lapangan karena beberapa kenyataan :

1. Teknik recombinant DNA (rDNA), menyisipkan satu gene yang diinginkan dengan menggunakan gen gun atau teknik lainnya seperti menggunakan Ti-plasmid, chemopora-tion, electroporation dll, ke dalam khromosom tanaman yang telah ada. Umumnya material genetik berasal dari organisme dimana organisme ini tidak pernah bersilangan di alam.

2. Penyisipan material genetik tidak dapat diprediksi dalam banyak parameter; jumlah DNA yang di “transgene” kan, lokasi mereka (dalam khromosom, khloroplast dan mitokhondria), ketepatan posisi (dimana dankhromosom yang mana), struktur dan stabilitas fungsional mereka di alam.

3. Tempat penyisipan gen bervariasi dan konsekuensinya adalah berpotensi negatif dan sulit diprediksi (dikenal sebagai insertional mutagenesis). Tempat penyisipan gen dapat mempengaruhi ekspresi dari transgene yang disisipkan termasuk ekspresi gen-gen inang yakni gen-gen di dalam organisme resipien) dan dikenal sebagai position effect.











Supaya Minuman Soda Tetap Berdesis

Saya biasa membeli minuman soda dalam botol kemasan dua liter. Tapi, dengan botol sebesar itu, masalahanya adalah menjaga agar minuman yang tersisa tetap berdesis atau "menyengat lidah". Selain menutupnya rapat-rapat, apa lagi yang bisa saya lakukan agar minuman bersoda itu tidak berubah menjadi sirup biasa? Bagaimana dengan alat yang dapat dipasang dimulut botol kemudian kita memompanya? Betulkah manfaatnya?

Tujuan kita adalah mengusahakan agar karbon dioksida dalam minuman botol tetap sebanyak mungkin karena itulah yang membuat cairan tetap mengeluarkan gelembung. Mengusahakan agar tutup botol tetap rapat jelas merupakan cara pertahanan yang utama. Tapi, jujur saja, itu tidak membantu banyak.
Di pasaran, sudah ada alat ayng katanya dapat membantu kita, termasuk pompa yang kita sebutkan tadi. Pada hakikatnya, alat itu miniatur sebuah pompa sepeda yang dapat dipasang pada mulut botol, kemudian kita memompakan udara untuk memampatkan gas dalam botol. Kedengarannya boleh juga. Tapi sayang, ini sebuah tipuan yang betul-betul konyol. Yang diperbuatnya hanyalah menghadirkan kesan seolah-olah soda di dalam botol menjadi lebih hidup. Mari kita lihat alasannya.
Soda berdesis ketika gas karbon dioksida yang terlarut keluar dari cairan dalam wujud gelembung-gelembung. Gas ini ingin sekali keluar dari cairan karena orang-orang pabrik telah memompakan karbon dioksida lebih banyak daripada yang biasanya dapat larut dalam kondisi atmosfer. Segera setelah kita membuka botol, sebagian besar kelebihan ges tersebut menyeruak,  meloloskan diri ke udara bebas, dan tidak ada yang bisa kita perbuat untuk menahanya. Jadi, yang dapat kita perbuat adalah mempertahankan gas itu selama mungkin dalam cairan.
Ada tiga hal yang menentukan seberapa banyak suatu gas dapat tetap terlarut dalam sebuah zat cair: reaksi kimia gas termaksud, tekanan, dan temperatur.

  • Reaksi : Gas-gas yang bereaksi secara kimia dengan air pada umumnya akan lebih mudah larut dalam daripada gas-gas yang tidak aktif, yang molekul-molekulnya hanya bisa berkeliaran tanpa tujuan dalam air. Karbon dioksida adalah salah satu gas ayng bereaksi dengan air, hasilnya adalah asam karbonat, yang memberikan rasa agak tajam yang khas pada soda, bir dan anggur bersoda (sparkling wine).
  • Tekanan : Semakin tinggi tekanan gas diatas zat cair, semakin banyak gas akan terdesak ke dalam zat cair.
  • Temperatur : Semakin tinggi temperatur, semakin sedikit gas yang terlarut.
Oleh sebab itu, agar karbon dioksida yang terlarut tetap sebanyak mungkin, kita harus menjaga agar tekanan gas itu tetap tinggi dan temperaturnya serendah mungkin; kita hanya perlu mengusahakan agar minuman tetap dingin sebelum membuka botolnya dan memasukkannya kembali kedalam lemari pendingin sesegera mungkin.
Tapi, tekanan menghadirkan persoalan lain. Di pabrik pengemasan, molekul-molekul karbon dioksida dipaksa masuk kedalam botol seperti menjejalkan sejumlah orang yang takut dengan ruang tertutup ke dalam sebuah lift. Begitu tutup kita buka, wuuusshhh!!! semua bergegas kabur tanpa basa-basi, dan sesungguhnyalah, sebagian besar karbon dioksida sudah tersenyum  lega di luar botol pada bukaan yang pertama.
Tapi, betulkah tidak ada yang dapat kita perbuat untuk mengatasinya? Tidak dapatkah kita memulihkan tekanan dalam botol minuman, atau lebih tepat bagaimana supaya minuman kita tetap berdesis sewaktu kita tuang?
Mari kita coba alat yang ditawarkan di beberapa toko. Kita tutupkan rapat-rapat pada mulut botol, kemudian kata mereka, pompa saja beberapa kali, cukup sudah. Ketika berikutnya kita membuka botol, kita akan disuguhi pertunjukkan palinmg menakjubkan : wuuss!! Bunyinya bahakan lebih keras dari pertama kali kita membukanya. Seolah-olah minuman kita baru dikirim dari pabrik.
Tapi, coba tebak yang terjadi sesungguhnya. Kalaupun masih ada, molekul karbon dioksida dalam minuman itu tinggal sedikit. Masalahnya, walaupun isi botol kita air putih biasa, kemudian kita pompa, bunyi wuuss!! yang terjadi mungkin sama serunya. Jadi, alat canggih yang mahal itu hampir tidak ada gunanya.
Yang kita pompakan kedalam botol adalah udara, bukan karbon dioksida. Memang, karbon dioksida ada dalam udara, namun jumlahnya hanya satu per tiga ribu molekul keseluruhan. Jika kita memompakan karbon dioksida, itu cerita lain, tetapi memompakan nitrogen dan oksigen (komponen utama udara bebas) jelas konyol sekali.
Sebagai kesimpulan: Usahakan agar tutup botol tetap rapat dan jaga agar suhunya tidak turun. Yang paling penting adalah mengusahakan botol tertutup rapat selama di luar lemari pendingin.
Bagaimanapun, jangan menaruh harapan terlalu tinggi. Kita dapat memperlambat pelarian karbon dioksida, tetapi kita tidak dapat menghentikannya.
Dan ada lagi. Jangan pernah mengocok botol minuman bersoda anda, itu hanya membuat gas kesayangan anda kabur lebih cepat.

Api

Nyala api pada kompor gas saya berwarna biru, tetapi nyala lilin di meja makan berwarna kuning. Apa yang menyebabkan kedua nyala itu berbeda?
Ini menyangkut masalah berapa banyak oksigen tersedia untuk menyalakan bahan bakar. Oksigen yang banyak menyebabkan berwarna biru, sedangkan oksigen yang terbatas menyebabkan berwarna kuning. Mari kita perhatikan nyala kuning terlebih dahulu.
Sebatang lilin sesungguhnya sebuah mesin pembuat nyala yang kompleks. Pertama, sebagian lilin harus meleleh, kemudian lilin cair tersebut harus bisa memanjat sumbu, terus harus bisa menguap menjadi gas, dan baru setelah itu dapat terbakar --bereaksi dengan oksigen dalam udara untuk membentuk karbon dioksida dan uap air (lihat  : Ketika Kita embakar Sebatang Lilin). Ini proses yang sangat tidak efisien.
Supaya pembakaran itu bisa efisein 100%, lilin harus bisa diubah seluruhnya menjadi karbon dioksida dan uap air yang tidak kelihatan. Akan tetapi nyala lilin tidak bisa mendapatkan oksigen yang diperlukan kalau hanya mengambil dari udara disekitarnya. Udara disekitar lilin, yang sebetulnya kaya dengan oksigen, ternyata tidak sanggup mengalir cukup cepat untuk mengimbangi semua parafin ayng melelh dan menguap, yang siap untuk dibakar.
Sementara itu, di bawah pengaruh panas, sebagian parafin yang tidak terbakar terurai, antara lain menjadi partikel-partikel karbon sangat kecil. Partikel-partikel ini, karena panas dari pembakaran, menjadi berpendar, membara dengan cahaya berwarna kuning benderang. Maka itulah sebabnya nyala lilin berwarna kuning. Ketika partikel-partikel karbon berpendar mencapai bagian puncak nyala, hampir semuanya mendapatkan oksigen yang memadai untuk terbakar juga.
Hal yang sama juga terjadi pada lampu minyak tanah, api bakaran kertas, api unggun, kebakaran hutan, dan kebakaran rumah: semuanya memiliki nyala berwarna kuning. Sebabnya hanya karena udara tidak dapat mengalir cukup cepat untuk membuat bahan bakar terbakar seluruhnya menjadi karbon dioksida dan air.
Di pihak lain, kompor dan panggangan gas memang menggunakan bahan bakar berwujud gas -- jadi tidak memerlukan proses penguapan. Cara ini memudahkan bahan bakar bercampur dengan udara sebanyak-banyaknya, sehingga reaksi pembakaran dapat berlangsung dengan cepat. Karena bahan bakar disini terbakar hampir seluruhnya, kita mendapatkan nyala yang jauh lebih panas. Nyala apinya juga jernih dan transparan karena tidak dikotori oleh karbon.
Ingin lebih panas lagi? Mengapa tidak mencampurkan oksigen murni, sebagai pengganti udara, dengan bahan bakar gas? bagaimanapun, kandungan oksigen dalam udara hanya 20%. Sebuah glassblower menggunakan penyembur api yang mencampur oksigen dengan gas alam (metana) untuk menghasilkan nyala api dengan temperatur sekitar 1600 derajat celcius. Penyembur api tukang las, yang juga disebut Oxyacetylene torch, mencampur oksigen dengan gas asetilena, dapat menghasilkan nyala dengan temperatur sekitar 3300 derajat celcius. Nyala api tersebut biru. Namun bisa juga berwarna kuning apabila setelannya kurang pas sehingga bahan bakar tidak mendapatkan oksigen yang memadai untuk pembakaran sempurna. Nyala kuning tersebut juga menghasilkan jelaga.

Ketika Kita Membakar Sebatang Lilin...

Ketika sebatang lilin dibakar, kemana lilinnya pergi?
Kecuali sedikit lelehan dibagian bawahnya, yang mungkin juga menetesi taplak meja, lilin tersebut pergi ketempat yang sama seperti yang dituju oleh bensin dan minyak ketika dibakar: yakni udara. Tentu saja dalam wujud yang secara kimima berbeda.
Lilin biasanya dibuat dari parafin, yakni campuran hidrokarbon, bahan yang kita jumpai dalam minyak bumi. Seperti tersirat dalam namanya, molekul-molekul hidrokarbon hanya terdiri atas atom-atom hidrogen dan ataom-atom karbon. Ketika bahan ini terbakar, mereka bereaksi dengan oksigen dari udara. Karbon dan oksigen menjadi karbondioksida, sedangkan oksigen dan hidrogen menjadi air. (Mungkin tidak harus semuanya). Kedua produk ini berbentuk gas pada temperatur bakar, jadi semua terbang keudara.
Banyak hidrokarbon lain yang kita bakar: metana dalam gas alam, propana dalam gas elpiji, butana dalam gas untuk pemantik rokok, kerosin dalam kompor atau lampu minyak tanah, dan bensin dalam kendaraan bermotor. Semuanya terbakar menjadi karbon dioksida dan uap air, yang kelihatannya menghilang selama proses tersebut. kertas, kayu, dan batu bara mengandung beberapa bahan lain yang tidak terbakar, maka yang dihasilkan ketika dibakar adalah karbon dioksida, air dan abu.

MAU TAHU LEBIH BANYAK?
Ketika oksigen yang tersedia tidak cukup untuk membentuk karbon dioksida yang utuh, seperti dalam mesin mobil, sebagai ganti kita juga mendapatkan karbon monoksida.

Command And Conquer : General

Finally, I'am finish to upload this game. :) "Command and Conquer : General" one of strategy genre game, I promise you will become "general" (just if you can...) :) try it.
More info from the site owner:

Synopsis :
Command & Conquer™ Generals: puts your trigger finger on the pulse of modern warfare. Become a powerful General to control massive armies of bleeding-edge military weaponry across a globe teetering on the brink of Armageddon. Command one of three unique sides, each with customizable high-tech arsenals ready to deliver unprecedented firepower on land or in the skies. Annihilate the opposition in the 23-mission singleplayer campaign or dish out the damage in global multiplayer mayhem. Prepare your forces, General… it’s time to engage in the next generation of real-time strategy – Command & Conquer Generals
Key Feature :
  • Become a Powerful General - Rack up victories in each campaign and upgrade your forces. As you acquire skill points, more weapons and tactics become available, such as upgraded veterancy and powerful super weapons.
  • The Bleeding-Edge of Modern Warfare - Unleash your fury using modern and nearfuture arsenals on the bleeding-edge of technology. Wage real-time war in more ways than ever before, with thrilling air-to-air duels, urban combat, and an enhanced veterancy model.
  • Three Ways to Dominate - Command one of three unique armies inspired by real-world ideologies: the high-tech US force, the swarming Chinese war machine, or the resourceful Global Liberation Army.
  • A State-of-the-Art Battleground - Experience Command & Conquer™ in unprecedented detail and battle it out in full 3D on urban cityscapes, rugged deserts, frozen wastelands, and more. Real-time strategy never looked so sharp.
  • Maximum Destructive Capability - Assemble your war machine with top-secret Aurora Strike Fighters, massive Paladin Battle Tanks, Angry Mobs, skilled Hackers and over 60 other distinct units. Bring death from above with your side’s exclusive super weapon – the US Air Fuel Bomb, the Chinese Nuclear Missile, or the GLA Scud Storm.
  • More Multiplayer Mayhem - Wreak havoc online cooperatively with eight of your friends, or battle head-to-head for global domination against a multitude of players.
Zero Hour Expansion :
The hour is now. Prepare to unleash the absolute latest in modern weapons technology against the world’s most powerful Generals in Command & Conquer Generals Zero Hour. In the next era of military strategy and might, you’ll need to command a more technologically advanced arsenal to defeat new, more powerful enemies. The first expansion pack for the critically acclaimed Command & Conquer Generals challenges players to square off against the world’s most elite commanders for battlefield domination. Even the most experienced C&C Generals veteran must learn new strategies and tactics to take full advantage of—and learn to defend against—the next generation of the world’s most lethal weapons. With new units, structures, and upgrades, as well as the all-new Generals Challenge Mode, Zero Hour delivers all the firepower you’ll need in your quest to become the ultimate modern warfare General.

Download :
Command And Conquer : General Part 1
Command And Conquer : General Part 2
Command And Conquer : General Part 3
Command And Conquer : General Part 4
Command And Conquer : General Part 5
Command And Conquer : General Part 6
Command And Conquer : General Part 7
Command And Conquer : General Part 8
Command And Conquer : General Part 9
Command And Conquer : General Part 10
Command And Conquer : General Part 11
Command And Conquer : General Part 12
Command And Conquer : General Part 13
Command And Conquer : General Part 14
Command And Conquer : General Part 15
Command And Conquer : General Part 16
Command And Conquer : General Part 17
Command And Conquer : General Part 18
Command And Conquer : General Part 19
Command And Conquer : General Part 20
Command And Conquer : General Part 21
Command And Conquer : General Part 22
Command And Conquer : General Part 23

To accelerate your download progress and to join the file into 1 rar file, you need IDM (to accelerate) and HjSplit (to join file). You can download both of them in "importan software to surf internet"

Make Widget show only in home page or post page

This time I will share some tutorial about blogging, How to make widget only show in Home Page or Post. This trick very useful to make loading page faster also make our blog template more elegant.
The concept to make widget only show in home page or post page, just need to put a little code like this bellow in your template or widget HTML. Check this one :

1. If you need to show the widget only in homepage, you need put this code between your widget code :
<b:if cond='data:blog.url == data:blog.homepageUrl'>
“Your widget code here”
</b:if>
2. And if you need to show your widget only in post page, you need put this code :
<b:if cond='data:blog.pageType == &quot;item&quot;'>
“Your widget code here”
</b:if>
To make you more understand about this tutorial, this is the application in tamplate HTML. Login into your blogger account ==> edit HTML ==> Expand Template Widget. Try to fine some code like this <b:widget id=
This bellow the complete one (example)
<b:widget id='HTML14' locked='false' title='Artikel Terkait' type='HTML'>
<b:includable id='main'>
<b:if cond='data:blog.url == data:blog.homepageUrl'>
<!-- only display title if it's non-empty -->
<b:if cond='data:title != &quot;&quot;'>
<h2 class='title'><data:title/></h2>
</b:if>
<div class='widget-content'>
<data:content/>
</div>
<b:include name='quickedit'/>
</b:if>
</b:includable>
</b:widget>
The red code is code that you must put, in this case, this widget will be displayed only in homepage. If you need to make it display in post page, just replace the red code with code that I give in above. If you don’t wont to edit via template HTML, you can edit or add this code via layout. Just open your widget HTML code, and put which one code you need. Just easy, right???

How to make Threaded Comment in blog

There are several things that can be support the appearance of your blog, this time I will tell one of them. Its name "Threaded Comment. Threaded Comment is comment form where the reply comments would be located below the main comments.
With this facility, my friends no longer need to moderate comments with reason to facilitate reply to these comments. As a note, by installing a Threaded Comment on your blog, the emoticon that you put in your blog will not appear in the comment box. For my friends who interested in making Threaded Comment, please follow the tutorial.

A. Without edited HTML

1. Log in into your blogger account.
2. Back up your template
3. and then make your template into default template (from google)
NOTES :
This way can make all of your feature like widget, breadcrumb, related post, etc will gone. So, if you already installing widget and other, you can follow this tutorial below.

B.

1. Log in into your blogger account.
2. Back up your template
3. Click "expand widget template"
4. Take this code "BEFORE" ]]></b:skin>
/*----------------------------------------------------
{--------} Comment {--------}
----------------------------------------------------*/

#comments h4 {
font-size: 18px;
font-weight: normal;
margin: 20px 0;
}

.cm_wrap {
clear: both;
margin-bottom: 10px;
float: right;
width: 100%;
}

.cm_head {
margin: 0;
width:60px;
float: left;
}

.cm_avatar {
margin: 0;
vertical-align: middle;
outline: 1px solid #fff;
border: 1px solid #ddd;
padding: 3px;
background-image: url(http://img846.imageshack.us/img846/7357/unled1oww.jpg);
background-position:center;
background-repeat:no-repeat;
width: 35px;
height: 35px;
}

.cm_avatar_a {
margin: 0;
vertical-align: middle;
border: 1px solid #ddd;
padding: 3px;
background:#c6e5f7;
background-position:center;
background-repeat:no-repeat;
width: 35px;
height: 35px;
}

.cm_reply {
padding-top: 5px;
}

.cm_reply a {
display: inline-block;
margin: 0;
padding: 1px 6px;
border: 1px solid #C4C4C4;
border-top-color: #E4E4E4;
border-left-color: #E4E4E4;
color: #424242 !important;
text-align: center;
text-shadow: 0 -1px 0 white;
text-decoration: none;
-webkit-border-radius: 2px;
-moz-border-radius: 2px;
border-radius: 2px;
background: #EDEDED;
background: -webkit-gradient( linear, left top, left bottom, color-stop(.2, white), color-stop(1, #E5E5E5) );
background: -moz-linear-gradient( center top, white 20%, #E5E5E5 100% );
font: 11px/18px sans-serif;
}

.cm_reply a:hover {
text-decoration: none !important;;
background: #ccc;;
background: -webkit-gradient(linear,left top,left bottom,color-stop(.2, #eeeeee),color-stop(1, #cccccc));;
background: -moz-linear-gradient(center top,#eeeeee 20%,#cccccc 100%);;
}

.cm_entry {
padding: 16px 16px 0 16px;
background: #F7F7F7;
outline: 1px solid #fff;
border: 1px solid #ddd;
overflow: hidden;
}
.cm_entry_a {
padding: 16px 16px 0 16px;
background: #F7F7F7;
outline: 1px solid #fff;
border: 1px solid #ddd;
overflow: hidden;
}

.cm_arrow {
display: block;
width: 9px;
height: 18px;
background: url(https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTdDTkVh3qZX_OEgo7smJnW-EPaht_HVEvvF-d5ufEZ_3BpG8o66ZpKNx6ocn5O4bOUziWh1ElJTl1-8vbkiHKoeBoLK-ia9H2ajWsCftJrdHX9ulLSygUDi2cd_MlPtgzQvR-5VqYQt0/s1600/comment-arrow.gif) no-repeat;
position: absolute;
margin-left: -25px;
}

.cm_info {
margin-bottom: 5px;
border: thin solid #E6E6E6;
background-color: #F4F4F4;
padding: 5px;
}
.cm_info_a {
margin-bottom: 5px;
border: thin solid #E6E6E6;
background-color: #dff0fa;
padding: 5px;
}


.cm_name {
font-size: 14px;
color: #666666 !important;
text-decoration:none;
font-weight: bold;
float: left;

}
.cm_name_a {
font-family:"Francois One";
font-size: 14px;
color: #666666 !important;
text-decoration:none;
font-weight: 250;
float: left;

}

.cm_date {
font-size: 10px;
color: #999;
text-decoration:none;
float: right;

}
.cm_date_a {
font-family:"Francois One";
font-size: 10px;
color: #2D5E7B;
text-decoration:none;
float: right;
padding-top:5px;

}
.cm_entry p {
padding: 5px;
clear: both;
border: thin solid #E6E6E6;
background-color: #F4F4F4;
font-size: 13px;
color: #333;
word-wrap:break-word;
}
.cm_entry_a p {
padding: 5px;
clear: both;
border: thin solid #E6E6E6;
background-color: #dff0fa;
font-size: 13px;
color: #333;
word-wrap:break-word;
}

.cm_pagenavi {
font-size: 10px;
text-transform: uppercase;
color: #666;
text-shadow: 1px 1px white;
font-weight: bold;
}

.cm_pagenavi a {
color: #666;
text-decoration: none;
padding:10px;
}

.cm_pagenavi a:hover {
text-decoration: underline
}

.cm_pagenavi span {
color: #888;
background: white;
padding: 4px;
border: 1px solid #E0E0E0;
}

5. Take this code "BEFORE" </body>
&lt;script type="text/javascript"&gt;&lt;!--
var _0x7bf4=["\x32\x20\x78\x3D\x31\x72\x2E\x31\x6E\x2E\x4A\x3B\x32\x20\x46\x3D\x77\x2E\x79\x28\x27\x31\x6D\x27\x29\x3B\x32\x20\x6D\x3D\x46\x2E\x75\x3B\x32\x20\x70\x3D\x5B\x5D\x3B\x32\x20\x37\x3D\x5B\x5D\x3B\x32\x20\x64\x3D\x5B\x5D\x3B\x32\x20\x6E\x3D\x30\x3B\x32\x20\x49\x3D\x27\x27\x3B\x32\x20\x4B\x3D\x27\x27\x3B\x32\x20\x45\x3D\x27\x27\x3B\x32\x20\x69\x3D\x30\x3B\x32\x20\x6A\x3D\x30\x3B\x32\x20\x6B\x3D\x30\x3B\x32\x20\x68\x3D\x30\x3B\x32\x20\x62\x3D\x27\x27\x3B\x32\x20\x42\x3D\x22\x22\x3B\x32\x20\x71\x3D\x22\x22\x3B\x31\x73\x20\x31\x31\x28\x29\x7B\x32\x20\x56\x3D\x2D\x31\x3B\x38\x28\x5A\x2E\x31\x79\x3D\x3D\x27\x31\x7A\x20\x31\x76\x20\x31\x75\x27\x29\x7B\x32\x20\x31\x65\x3D\x5A\x2E\x31\x77\x3B\x32\x20\x31\x30\x3D\x31\x78\x20\x31\x32\x28\x22\x31\x74\x20\x28\x5B\x30\x2D\x39\x5D\x7B\x31\x2C\x7D\x5B\x5C\x2E\x30\x2D\x39\x5D\x7B\x30\x2C\x7D\x29\x22\x29\x3B\x38\x28\x31\x30\x2E\x31\x41\x28\x31\x65\x29\x21\x3D\x31\x70\x29\x56\x3D\x31\x71\x28\x31\x32\x2E\x24\x31\x29\x7D\x31\x6F\x20\x56\x7D\x32\x20\x57\x3D\x31\x31\x28\x29\x3B\x38\x28\x57\x3D\x3D\x2D\x31\x7C\x7C\x57\x3E\x3D\x39\x29\x7B\x31\x34\x28\x6D\x2E\x66\x28\x27\x4C\x3D\x22\x63\x27\x29\x21\x3D\x2D\x31\x29\x7B\x69\x3D\x6D\x2E\x66\x28\x27\x4C\x3D\x22\x63\x27\x29\x3B\x6D\x3D\x6D\x2E\x65\x28\x69\x2B\x34\x29\x3B\x69\x3D\x6D\x2E\x66\x28\x27\x22\x27\x29\x3B\x70\x5B\x6E\x5D\x3D\x6D\x2E\x65\x28\x30\x2C\x69\x29\x3B\x6D\x3D\x6D\x2E\x65\x28\x69\x29\x3B\x37\x5B\x6E\x5D\x3D\x77\x2E\x79\x28\x70\x5B\x6E\x5D\x29\x2E\x75\x3B\x64\x5B\x6E\x5D\x3D\x30\x3B\x6E\x2B\x2B\x7D\x76\x28\x69\x3D\x30\x3B\x69\x3C\x6E\x2D\x31\x3B\x69\x2B\x2B\x29\x7B\x76\x28\x6A\x3D\x69\x2B\x31\x3B\x6A\x3C\x6E\x3B\x6A\x2B\x2B\x29\x7B\x38\x28\x37\x5B\x6A\x5D\x2E\x66\x28\x70\x5B\x69\x5D\x29\x21\x3D\x2D\x31\x29\x7B\x49\x3D\x70\x5B\x6A\x5D\x3B\x4B\x3D\x37\x5B\x6A\x5D\x3B\x64\x5B\x6A\x5D\x3D\x64\x5B\x69\x5D\x2B\x31\x3B\x45\x3D\x64\x5B\x6A\x5D\x3B\x76\x28\x68\x3D\x69\x2B\x31\x3B\x68\x3C\x6A\x3B\x68\x2B\x2B\x29\x7B\x38\x28\x64\x5B\x68\x5D\x3C\x45\x29\x7B\x31\x37\x7D\x7D\x76\x28\x6B\x3D\x6A\x3B\x6B\x3E\x68\x3B\x6B\x3D\x6B\x2D\x31\x29\x7B\x70\x5B\x6B\x5D\x3D\x70\x5B\x6B\x2D\x31\x5D\x3B\x37\x5B\x6B\x5D\x3D\x37\x5B\x6B\x2D\x31\x5D\x3B\x64\x5B\x6B\x5D\x3D\x64\x5B\x6B\x2D\x31\x5D\x7D\x70\x5B\x68\x5D\x3D\x49\x3B\x37\x5B\x68\x5D\x3D\x4B\x3B\x64\x5B\x68\x5D\x3D\x45\x7D\x7D\x7D\x76\x28\x69\x3D\x30\x3B\x69\x3C\x6E\x3B\x69\x2B\x2B\x29\x7B\x6A\x3D\x37\x5B\x69\x5D\x2E\x66\x28\x27\x40\x3C\x61\x20\x4A\x3D\x22\x23\x63\x27\x29\x3B\x38\x28\x6A\x21\x3D\x2D\x31\x29\x7B\x42\x3D\x37\x5B\x69\x5D\x2E\x65\x28\x30\x2C\x6A\x29\x3B\x71\x3D\x37\x5B\x69\x5D\x2E\x65\x28\x6A\x2B\x31\x29\x3B\x6A\x3D\x71\x2E\x66\x28\x27\x3C\x2F\x61\x3E\x27\x29\x3B\x71\x3D\x71\x2E\x65\x28\x6A\x2B\x34\x29\x3B\x37\x5B\x69\x5D\x3D\x42\x2B\x71\x7D\x6A\x3D\x37\x5B\x69\x5D\x2E\x66\x28\x27\x50\x3D\x22\x59\x22\x27\x29\x3B\x38\x28\x6A\x21\x3D\x2D\x31\x29\x7B\x42\x3D\x37\x5B\x69\x5D\x2E\x65\x28\x30\x2C\x6A\x29\x3B\x71\x3D\x37\x5B\x69\x5D\x2E\x65\x28\x6A\x29\x3B\x38\x28\x64\x5B\x69\x5D\x3E\x36\x29\x64\x5B\x69\x5D\x3D\x36\x3B\x37\x5B\x69\x5D\x3D\x42\x2B\x27\x74\x3D\x22\x31\x35\x3A\x27\x2B\x28\x31\x39\x2D\x64\x5B\x69\x5D\x2A\x35\x29\x2B\x27\x25\x22\x20\x27\x2B\x71\x7D\x62\x2B\x3D\x37\x5B\x69\x5D\x7D\x62\x2B\x3D\x27\x3C\x67\x20\x50\x3D\x22\x31\x66\x22\x3E\x3C\x2F\x67\x3E\x27\x3B\x46\x2E\x75\x3D\x62\x3B\x46\x2E\x74\x2E\x51\x3D\x27\x31\x62\x27\x3B\x32\x20\x4D\x3D\x77\x2E\x79\x28\x27\x31\x61\x27\x29\x2E\x75\x3B\x32\x20\x6F\x3D\x4F\x28\x4D\x29\x3B\x38\x28\x6F\x3E\x72\x29\x7B\x62\x3D\x27\x3C\x67\x20\x74\x3D\x22\x47\x3A\x31\x63\x22\x3E\x31\x64\x20\x27\x3B\x32\x20\x48\x3D\x28\x6F\x2D\x6F\x25\x72\x29\x2F\x72\x2B\x31\x3B\x32\x20\x73\x3D\x27\x27\x3B\x32\x20\x6C\x3D\x31\x3B\x69\x3D\x78\x2E\x66\x28\x27\x2E\x31\x6C\x27\x29\x3B\x38\x28\x69\x21\x3D\x2D\x31\x29\x7B\x73\x3D\x78\x2E\x65\x28\x30\x2C\x69\x2B\x35\x29\x7D\x7A\x7B\x73\x3D\x78\x7D\x69\x3D\x73\x2E\x66\x28\x27\x23\x44\x27\x29\x3B\x38\x28\x69\x21\x3D\x2D\x31\x29\x7B\x73\x3D\x73\x2E\x65\x28\x30\x2C\x69\x29\x7D\x69\x3D\x78\x2E\x66\x28\x27\x3F\x53\x3D\x27\x29\x3B\x38\x28\x69\x3D\x3D\x2D\x31\x29\x7B\x6C\x3D\x31\x7D\x7A\x7B\x6C\x3D\x4F\x28\x78\x2E\x65\x28\x69\x2B\x31\x33\x29\x29\x7D\x76\x28\x69\x3D\x31\x3B\x69\x3C\x3D\x48\x3B\x69\x2B\x2B\x29\x7B\x38\x28\x69\x3D\x3D\x6C\x29\x7B\x62\x2B\x3D\x27\x3C\x55\x3E\x27\x2B\x69\x2B\x27\x3C\x2F\x55\x3E\x27\x7D\x7A\x7B\x62\x2B\x3D\x27\x3C\x61\x20\x4A\x3D\x22\x27\x2B\x73\x2B\x27\x3F\x53\x3D\x27\x2B\x69\x2B\x27\x23\x44\x22\x3E\x27\x2B\x69\x2B\x27\x3C\x2F\x61\x3E\x27\x7D\x7D\x38\x28\x6C\x2A\x72\x3C\x3D\x6F\x29\x7B\x62\x2B\x3D\x27\x3C\x2F\x67\x3E\x3C\x67\x20\x74\x3D\x22\x47\x3A\x54\x22\x3E\x27\x2B\x28\x28\x28\x6C\x2D\x31\x29\x2A\x72\x29\x2B\x31\x29\x2B\x27\x20\x2D\x20\x27\x2B\x28\x6C\x2A\x72\x29\x2B\x27\x20\x52\x20\x27\x2B\x6F\x2B\x27\x20\x44\x3C\x2F\x67\x3E\x27\x7D\x7A\x7B\x62\x2B\x3D\x27\x3C\x2F\x67\x3E\x3C\x67\x20\x74\x3D\x22\x47\x3A\x54\x22\x3E\x27\x2B\x28\x28\x28\x6C\x2D\x31\x29\x2A\x72\x29\x2B\x31\x29\x2B\x27\x20\x2D\x20\x27\x2B\x6F\x2B\x27\x20\x52\x20\x27\x2B\x6F\x2B\x27\x20\x44\x3C\x2F\x67\x3E\x27\x7D\x32\x20\x43\x3D\x77\x2E\x79\x28\x27\x31\x69\x27\x29\x3B\x43\x2E\x75\x3D\x62\x3B\x43\x3D\x77\x2E\x79\x28\x27\x31\x68\x27\x29\x3B\x43\x2E\x75\x3D\x62\x3B\x38\x28\x6C\x3C\x48\x29\x7B\x62\x3D\x27\x3C\x74\x20\x31\x67\x3D\x22\x31\x6B\x2F\x31\x6A\x22\x3E\x2E\x58\x20\x7B\x51\x3A\x20\x31\x38\x7D\x3C\x2F\x74\x3E\x27\x3B\x32\x20\x4E\x3D\x77\x2E\x79\x28\x27\x31\x36\x27\x29\x3B\x4E\x2E\x75\x3D\x62\x7D\x7D\x7D\x7A\x7B\x31\x34\x28\x6D\x2E\x66\x28\x27\x4C\x3D\x63\x27\x29\x21\x3D\x2D\x31\x29\x7B\x69\x3D\x6D\x2E\x66\x28\x27\x4C\x3D\x63\x27\x29\x3B\x6D\x3D\x6D\x2E\x65\x28\x69\x2B\x33\x29\x3B\x69\x3D\x6D\x2E\x66\x28\x27\x3E\x27\x29\x3B\x70\x5B\x6E\x5D\x3D\x6D\x2E\x65\x28\x30\x2C\x69\x29\x3B\x6D\x3D\x6D\x2E\x65\x28\x69\x29\x3B\x37\x5B\x6E\x5D\x3D\x77\x2E\x79\x28\x70\x5B\x6E\x5D\x29\x2E\x75\x3B\x64\x5B\x6E\x5D\x3D\x30\x3B\x6E\x2B\x2B\x7D\x76\x28\x69\x3D\x30\x3B\x69\x3C\x6E\x2D\x31\x3B\x69\x2B\x2B\x29\x7B\x76\x28\x6A\x3D\x69\x2B\x31\x3B\x6A\x3C\x6E\x3B\x6A\x2B\x2B\x29\x7B\x38\x28\x37\x5B\x6A\x5D\x2E\x66\x28\x70\x5B\x69\x5D\x29\x21\x3D\x2D\x31\x29\x7B\x49\x3D\x70\x5B\x6A\x5D\x3B\x4B\x3D\x37\x5B\x6A\x5D\x3B\x64\x5B\x6A\x5D\x3D\x64\x5B\x69\x5D\x2B\x31\x3B\x45\x3D\x64\x5B\x6A\x5D\x3B\x76\x28\x68\x3D\x69\x2B\x31\x3B\x68\x3C\x6A\x3B\x68\x2B\x2B\x29\x7B\x38\x28\x64\x5B\x68\x5D\x3C\x45\x29\x7B\x31\x37\x7D\x7D\x76\x28\x6B\x3D\x6A\x3B\x6B\x3E\x68\x3B\x6B\x3D\x6B\x2D\x31\x29\x7B\x70\x5B\x6B\x5D\x3D\x70\x5B\x6B\x2D\x31\x5D\x3B\x37\x5B\x6B\x5D\x3D\x37\x5B\x6B\x2D\x31\x5D\x3B\x64\x5B\x6B\x5D\x3D\x64\x5B\x6B\x2D\x31\x5D\x7D\x70\x5B\x68\x5D\x3D\x49\x3B\x37\x5B\x68\x5D\x3D\x4B\x3B\x64\x5B\x68\x5D\x3D\x45\x7D\x7D\x7D\x76\x28\x69\x3D\x30\x3B\x69\x3C\x6E\x3B\x69\x2B\x2B\x29\x7B\x6A\x3D\x37\x5B\x69\x5D\x2E\x66\x28\x27\x40\x3C\x41\x20\x4A\x3D\x22\x23\x63\x27\x29\x3B\x38\x28\x6A\x21\x3D\x2D\x31\x29\x7B\x42\x3D\x37\x5B\x69\x5D\x2E\x65\x28\x30\x2C\x6A\x29\x3B\x71\x3D\x37\x5B\x69\x5D\x2E\x65\x28\x6A\x2B\x31\x29\x3B\x6A\x3D\x71\x2E\x66\x28\x27\x3C\x2F\x41\x3E\x27\x29\x3B\x71\x3D\x71\x2E\x65\x28\x6A\x2B\x34\x29\x3B\x37\x5B\x69\x5D\x3D\x42\x2B\x71\x7D\x6A\x3D\x37\x5B\x69\x5D\x2E\x66\x28\x27\x50\x3D\x59\x27\x29\x3B\x38\x28\x6A\x21\x3D\x2D\x31\x29\x7B\x42\x3D\x37\x5B\x69\x5D\x2E\x65\x28\x30\x2C\x6A\x29\x3B\x71\x3D\x37\x5B\x69\x5D\x2E\x65\x28\x6A\x29\x3B\x38\x28\x64\x5B\x69\x5D\x3E\x36\x29\x64\x5B\x69\x5D\x3D\x36\x3B\x37\x5B\x69\x5D\x3D\x42\x2B\x27\x74\x3D\x22\x31\x35\x3A\x27\x2B\x28\x31\x39\x2D\x64\x5B\x69\x5D\x2A\x35\x29\x2B\x27\x25\x22\x20\x27\x2B\x71\x7D\x62\x2B\x3D\x37\x5B\x69\x5D\x7D\x62\x2B\x3D\x27\x3C\x67\x20\x50\x3D\x22\x31\x66\x22\x3E\x3C\x2F\x67\x3E\x27\x3B\x46\x2E\x75\x3D\x62\x3B\x46\x2E\x74\x2E\x51\x3D\x27\x31\x62\x27\x3B\x32\x20\x4D\x3D\x77\x2E\x79\x28\x27\x31\x61\x27\x29\x2E\x75\x3B\x32\x20\x6F\x3D\x4F\x28\x4D\x29\x3B\x38\x28\x6F\x3E\x72\x29\x7B\x62\x3D\x27\x3C\x67\x20\x74\x3D\x22\x47\x3A\x31\x63\x22\x3E\x31\x64\x20\x27\x3B\x32\x20\x48\x3D\x28\x6F\x2D\x6F\x25\x72\x29\x2F\x72\x2B\x31\x3B\x32\x20\x73\x3D\x27\x27\x3B\x32\x20\x6C\x3D\x31\x3B\x69\x3D\x78\x2E\x66\x28\x27\x2E\x31\x6C\x27\x29\x3B\x38\x28\x69\x21\x3D\x2D\x31\x29\x7B\x73\x3D\x78\x2E\x65\x28\x30\x2C\x69\x2B\x35\x29\x7D\x7A\x7B\x73\x3D\x78\x7D\x69\x3D\x73\x2E\x66\x28\x27\x23\x44\x27\x29\x3B\x38\x28\x69\x21\x3D\x2D\x31\x29\x7B\x73\x3D\x73\x2E\x65\x28\x30\x2C\x69\x29\x7D\x69\x3D\x78\x2E\x66\x28\x27\x3F\x53\x3D\x27\x29\x3B\x38\x28\x69\x3D\x3D\x2D\x31\x29\x7B\x6C\x3D\x31\x7D\x7A\x7B\x6C\x3D\x4F\x28\x78\x2E\x65\x28\x69\x2B\x31\x33\x29\x29\x7D\x76\x28\x69\x3D\x31\x3B\x69\x3C\x3D\x48\x3B\x69\x2B\x2B\x29\x7B\x38\x28\x69\x3D\x3D\x6C\x29\x7B\x62\x2B\x3D\x27\x3C\x55\x3E\x27\x2B\x69\x2B\x27\x3C\x2F\x55\x3E\x27\x7D\x7A\x7B\x62\x2B\x3D\x27\x3C\x61\x20\x4A\x3D\x22\x27\x2B\x73\x2B\x27\x3F\x53\x3D\x27\x2B\x69\x2B\x27\x23\x44\x22\x3E\x27\x2B\x69\x2B\x27\x3C\x2F\x61\x3E\x27\x7D\x7D\x38\x28\x6C\x2A\x72\x3C\x3D\x6F\x29\x7B\x62\x2B\x3D\x27\x3C\x2F\x67\x3E\x3C\x67\x20\x74\x3D\x22\x47\x3A\x54\x22\x3E\x27\x2B\x28\x28\x28\x6C\x2D\x31\x29\x2A\x72\x29\x2B\x31\x29\x2B\x27\x20\x2D\x20\x27\x2B\x28\x6C\x2A\x72\x29\x2B\x27\x20\x52\x20\x27\x2B\x6F\x2B\x27\x20\x44\x3C\x2F\x67\x3E\x27\x7D\x7A\x7B\x62\x2B\x3D\x27\x3C\x2F\x67\x3E\x3C\x67\x20\x74\x3D\x22\x47\x3A\x54\x22\x3E\x27\x2B\x28\x28\x28\x6C\x2D\x31\x29\x2A\x72\x29\x2B\x31\x29\x2B\x27\x20\x2D\x20\x27\x2B\x6F\x2B\x27\x20\x52\x20\x27\x2B\x6F\x2B\x27\x20\x44\x3C\x2F\x67\x3E\x27\x7D\x32\x20\x43\x3D\x77\x2E\x79\x28\x27\x31\x69\x27\x29\x3B\x43\x2E\x75\x3D\x62\x3B\x43\x3D\x77\x2E\x79\x28\x27\x31\x68\x27\x29\x3B\x43\x2E\x75\x3D\x62\x3B\x38\x28\x6C\x3C\x48\x29\x7B\x62\x3D\x27\x3C\x74\x20\x31\x67\x3D\x22\x31\x6B\x2F\x31\x6A\x22\x3E\x2E\x58\x20\x7B\x51\x3A\x20\x31\x38\x7D\x3C\x2F\x74\x3E\x27\x3B\x32\x20\x4E\x3D\x77\x2E\x79\x28\x27\x31\x36\x27\x29\x3B\x4E\x2E\x75\x3D\x62\x7D\x7D\x7D","\x7C","\x73\x70\x6C\x69\x74","\x7C\x7C\x76\x61\x72\x7C\x7C\x7C\x7C\x7C\x43\x6D\x5F\x49\x74\x65\x6D\x5F\x43\x6F\x6E\x74\x65\x6E\x74\x7C\x69\x66\x7C\x7C\x7C\x73\x74\x72\x6F\x75\x74\x7C\x7C\x43\x6D\x5F\x49\x74\x65\x6D\x5F\x4C\x65\x76\x65\x6C\x7C\x73\x75\x62\x73\x74\x72\x69\x6E\x67\x7C\x69\x6E\x64\x65\x78\x4F\x66\x7C\x64\x69\x76\x7C\x7C\x7C\x7C\x7C\x43\x6D\x5F\x43\x75\x72\x5F\x50\x61\x67\x65\x7C\x43\x6D\x5F\x42\x6C\x6F\x63\x6B\x5F\x43\x6F\x6E\x74\x65\x6E\x74\x7C\x43\x6D\x5F\x4E\x75\x6D\x7C\x43\x6D\x5F\x54\x6F\x74\x61\x6C\x7C\x43\x6D\x5F\x49\x74\x65\x6D\x5F\x49\x64\x7C\x73\x74\x72\x5F\x74\x32\x7C\x32\x30\x30\x7C\x4F\x72\x67\x5F\x55\x72\x6C\x5F\x54\x68\x72\x65\x61\x64\x43\x4D\x7C\x73\x74\x79\x6C\x65\x7C\x69\x6E\x6E\x65\x72\x48\x54\x4D\x4C\x7C\x66\x6F\x72\x7C\x64\x6F\x63\x75\x6D\x65\x6E\x74\x7C\x43\x75\x72\x5F\x55\x72\x6C\x5F\x54\x68\x72\x65\x61\x64\x43\x4D\x7C\x67\x65\x74\x45\x6C\x65\x6D\x65\x6E\x74\x42\x79\x49\x64\x7C\x65\x6C\x73\x65\x7C\x7C\x73\x74\x72\x5F\x74\x31\x7C\x43\x6D\x5F\x50\x61\x67\x65\x5F\x4F\x62\x6A\x7C\x63\x6F\x6D\x6D\x65\x6E\x74\x73\x7C\x43\x6D\x5F\x49\x74\x65\x6D\x5F\x4C\x65\x76\x65\x6C\x5F\x54\x7C\x43\x6D\x5F\x42\x6C\x6F\x63\x6B\x7C\x66\x6C\x6F\x61\x74\x7C\x43\x6D\x5F\x50\x61\x67\x65\x5F\x4E\x75\x6D\x7C\x43\x6D\x5F\x49\x74\x65\x6D\x5F\x49\x64\x5F\x54\x7C\x68\x72\x65\x66\x7C\x43\x6D\x5F\x49\x74\x65\x6D\x5F\x43\x6F\x6E\x74\x65\x6E\x74\x5F\x54\x7C\x69\x64\x7C\x43\x6D\x5F\x54\x6F\x74\x61\x6C\x5F\x4F\x62\x6A\x7C\x43\x6D\x5F\x52\x65\x70\x6C\x79\x43\x53\x53\x5F\x4F\x62\x6A\x7C\x70\x61\x72\x73\x65\x49\x6E\x74\x7C\x63\x6C\x61\x73\x73\x7C\x64\x69\x73\x70\x6C\x61\x79\x7C\x6F\x66\x7C\x63\x6F\x6D\x6D\x65\x6E\x74\x50\x61\x67\x65\x7C\x72\x69\x67\x68\x74\x7C\x73\x70\x61\x6E\x7C\x72\x76\x7C\x49\x45\x5F\x76\x65\x72\x7C\x63\x6D\x5F\x61\x75\x74\x68\x6F\x72\x5F\x72\x65\x70\x6C\x79\x7C\x63\x6D\x5F\x77\x72\x61\x70\x7C\x6E\x61\x76\x69\x67\x61\x74\x6F\x72\x7C\x72\x65\x7C\x67\x65\x74\x49\x6E\x74\x65\x72\x6E\x65\x74\x45\x78\x70\x6C\x6F\x72\x65\x72\x56\x65\x72\x73\x69\x6F\x6E\x7C\x52\x65\x67\x45\x78\x70\x7C\x7C\x77\x68\x69\x6C\x65\x7C\x77\x69\x64\x74\x68\x7C\x63\x6D\x5F\x72\x65\x70\x6C\x79\x5F\x63\x73\x73\x7C\x62\x72\x65\x61\x6B\x7C\x6E\x6F\x6E\x65\x7C\x31\x30\x30\x7C\x63\x6D\x5F\x74\x6F\x74\x61\x6C\x7C\x62\x6C\x6F\x63\x6B\x7C\x6C\x65\x66\x74\x7C\x50\x61\x67\x65\x7C\x75\x61\x7C\x63\x6C\x65\x61\x72\x7C\x74\x79\x70\x65\x7C\x63\x6D\x5F\x70\x61\x67\x65\x5F\x63\x6F\x70\x79\x7C\x63\x6D\x5F\x70\x61\x67\x65\x7C\x63\x73\x73\x7C\x74\x65\x78\x74\x7C\x68\x74\x6D\x6C\x7C\x63\x6D\x5F\x62\x6C\x6F\x63\x6B\x7C\x6C\x6F\x63\x61\x74\x69\x6F\x6E\x7C\x72\x65\x74\x75\x72\x6E\x7C\x6E\x75\x6C\x6C\x7C\x70\x61\x72\x73\x65\x46\x6C\x6F\x61\x74\x7C\x77\x69\x6E\x64\x6F\x77\x7C\x66\x75\x6E\x63\x74\x69\x6F\x6E\x7C\x4D\x53\x49\x45\x7C\x45\x78\x70\x6C\x6F\x72\x65\x72\x7C\x49\x6E\x74\x65\x72\x6E\x65\x74\x7C\x75\x73\x65\x72\x41\x67\x65\x6E\x74\x7C\x6E\x65\x77\x7C\x61\x70\x70\x4E\x61\x6D\x65\x7C\x4D\x69\x63\x72\x6F\x73\x6F\x66\x74\x7C\x65\x78\x65\x63","","\x66\x72\x6F\x6D\x43\x68\x61\x72\x43\x6F\x64\x65","\x72\x65\x70\x6C\x61\x63\x65","\x5C\x77\x2B","\x5C\x62","\x67"];eval(function (_0x4f09x1,_0x4f09x2,_0x4f09x3,_0x4f09x4,_0x4f09x5,_0x4f09x6){_0x4f09x5=function (_0x4f09x3){return (_0x4f09x3&lt;_0x4f09x2?_0x7bf4[4]:_0x4f09x5(parseInt(_0x4f09x3/_0x4f09x2)))+((_0x4f09x3=_0x4f09x3%_0x4f09x2)&gt;35?String[_0x7bf4[5]](_0x4f09x3+29):_0x4f09x3.toString(36));} ;if(!_0x7bf4[4][_0x7bf4[6]](/^/,String)){while(_0x4f09x3--){_0x4f09x6[_0x4f09x5(_0x4f09x3)]=_0x4f09x4[_0x4f09x3]||_0x4f09x5(_0x4f09x3);} ;_0x4f09x4=[function (_0x4f09x5){return _0x4f09x6[_0x4f09x5];} ];_0x4f09x5=function (){return _0x7bf4[7];} ;_0x4f09x3=1;} ;while(_0x4f09x3--){if(_0x4f09x4[_0x4f09x3]){_0x4f09x1=_0x4f09x1[_0x7bf4[6]]( new RegExp(_0x7bf4[8]+_0x4f09x5(_0x4f09x3)+_0x7bf4[8],_0x7bf4[9]),_0x4f09x4[_0x4f09x3]);} ;} ;return _0x4f09x1;} (_0x7bf4[0],62,99,_0x7bf4[3][_0x7bf4[2]](_0x7bf4[1]),0,{}));
--&gt;&lt;/script&gt;

6. Fine this code, and change code between 2 code (the code must be long)
&lt;b:includable id='comments' var='post'&gt;
Code Must Be Change
&lt;/b:includable&gt;

7. Replace with this code :
&lt;div class='comments' id='comments'&gt;
&lt;a name='comments'/&gt;
&lt;b:if cond='data:post.allowComments'&gt;
&lt;h4&gt;
&lt;b:if cond='data:post.numComments &amp;gt; 0'&gt;
&lt;b:if cond='data:post.numComments == 1'&gt;
&lt;span id='cm_total'&gt;1&lt;/span&gt; comment
&lt;b:else/&gt;
&lt;span id='cm_total'&gt;&lt;data:post.numComments/&gt;&lt;/span&gt; comments
&lt;/b:if&gt;
&lt;/b:if&gt;
&lt;/h4&gt;

&lt;div id='cm_reply_css'/&gt;

&lt;div class='cm_pagenavi' id='cm_page'/&gt;

&lt;div id='cm_block'&gt;
&lt;b:loop values='data:post.comments' var='comment'&gt;
&lt;b:if cond='data:comment.isDeleted'&gt;
&lt;b:else/&gt;

&lt;div expr:id='data:comment.anchorName'&gt;
&lt;div class='cm_wrap'&gt;
&lt;a expr:name='data:comment.anchorName'/&gt;


&lt;b:if cond='data:comment.author == data:post.author'&gt;
&lt;div class='cm_head'&gt;
&lt;div class='cm_avatar_a'&gt;
&lt;b:if cond='data:blog.enabledCommentProfileImages'&gt;
&lt;data:comment.authorAvatarImage/&gt;
&lt;/b:if&gt;
&lt;/div&gt;
&lt;div class='cm_reply'&gt;
&lt;a expr:href='&amp;quot;https://www.blogger.com/comment.g?blogID=__BlogID__&amp;amp;postID=&amp;quot; + data:post.id + &amp;quot;&amp;amp;isPopup=true&amp;amp;postBody=%40%3C%61%20%68%72%65%66%3D%22%23&amp;quot; + data:comment.anchorName + &amp;quot;%22%3E&amp;quot; + data:comment.author + &amp;quot;%3C%2F%61%3E#form&amp;quot;' onclick='javascript:window.open(this.href, &amp;quot;bloggerPopup&amp;quot;, &amp;quot;toolbar=0,location=0,statusbar=1,menubar=0,scrollbars=yes,width=600,height=500&amp;quot;); return false;'&gt;Reply&lt;/a&gt;
&lt;/div&gt;
&lt;/div&gt;
&lt;b:else/&gt;


&lt;div class='cm_head'&gt;
&lt;div class='cm_avatar'&gt;
&lt;b:if cond='data:blog.enabledCommentProfileImages'&gt;
&lt;data:comment.authorAvatarImage/&gt;
&lt;/b:if&gt;
&lt;/div&gt;
&lt;div class='cm_reply'&gt;
&lt;a expr:href='&amp;quot;https://www.blogger.com/comment.g?blogID=__BlogID__&amp;amp;postID=&amp;quot; + data:post.id + &amp;quot;&amp;amp;isPopup=true&amp;amp;postBody=%40%3C%61%20%68%72%65%66%3D%22%23&amp;quot; + data:comment.anchorName + &amp;quot;%22%3E&amp;quot; + data:comment.author + &amp;quot;%3C%2F%61%3E#form&amp;quot;' onclick='javascript:window.open(this.href, &amp;quot;bloggerPopup&amp;quot;, &amp;quot;toolbar=0,location=0,statusbar=1,menubar=0,scrollbars=yes,width=600,height=500&amp;quot;); return false;'&gt;Reply&lt;/a&gt;
&lt;/div&gt;
&lt;/div&gt;
&lt;/b:if&gt;


&lt;b:if cond='data:comment.author == data:post.author'&gt;
&lt;div class='cm_entry_a'&gt;
&lt;span class='cm_arrow'/&gt;
&lt;div class='cm_info_a'&gt;
&lt;div class='cm_name_a'&gt;


&lt;b:if cond='data:comment.author == data:post.author'&gt;
&lt;a expr:href='data:comment.authorUrl' rel='nofollow' target='_blank'&gt;
&lt;data:comment.author/&gt;
&lt;/a&gt;
&lt;b:else/&gt;


&lt;b:if cond='data:comment.authorUrl'&gt;
&lt;a expr:href='data:comment.authorUrl' rel='nofollow' target='_blank'&gt;
&lt;data:comment.author/&gt;
&lt;/a&gt;
&lt;b:else/&gt;
&lt;b&gt;&lt;data:comment.author/&gt;&lt;/b&gt;
&lt;/b:if&gt;
&lt;/b:if&gt;
&lt;/div&gt;


&lt;b:if cond='data:comment.author == data:post.author'&gt;
&lt;div class='cm_date_a'&gt;
&lt;data:comment.timestamp/&gt;
&lt;b:include data='comment' name='commentDeleteIcon'/&gt;
&lt;/div&gt;
&lt;div class='clear'/&gt;


&lt;b:else/&gt;


&lt;div class='cm_date'&gt;
&lt;data:comment.timestamp/&gt;
&lt;b:include data='comment' name='commentDeleteIcon'/&gt;
&lt;/div&gt;
&lt;div class='clear'/&gt;
&lt;/b:if&gt;
&lt;/div&gt;
&lt;b:if cond='data:comment.author == data:post.author'&gt;
&lt;div class='comment-body-author'&gt;
&lt;p&gt;&lt;data:comment.body/&gt;&lt;/p&gt;
&lt;/div&gt;
&lt;b:else/&gt;
&lt;p&gt;&lt;data:comment.body/&gt;&lt;/p&gt;
&lt;/b:if&gt;
&lt;/div&gt;



&lt;b:else/&gt;


&lt;div class='cm_entry'&gt;
&lt;span class='cm_arrow'/&gt;
&lt;div class='cm_info'&gt;
&lt;div class='cm_name'&gt;


&lt;b:if cond='data:comment.author == data:post.author'&gt;
&lt;a expr:href='data:comment.authorUrl' rel='nofollow' target='_blank'&gt;
&lt;data:comment.author/&gt;
&lt;/a&gt;
&lt;b:else/&gt;


&lt;b:if cond='data:comment.authorUrl'&gt;
&lt;a expr:href='data:comment.authorUrl' rel='nofollow' target='_blank'&gt;
&lt;data:comment.author/&gt;
&lt;/a&gt;
&lt;b:else/&gt;
&lt;b&gt;&lt;data:comment.author/&gt;&lt;/b&gt;
&lt;/b:if&gt;
&lt;/b:if&gt;
&lt;/div&gt;


&lt;b:if cond='data:comment.author == data:post.author'&gt;
&lt;div class='cm_date_a'&gt;
&lt;data:comment.timestamp/&gt;
&lt;b:include data='comment' name='commentDeleteIcon'/&gt;
&lt;/div&gt;
&lt;div class='clear'/&gt;


&lt;b:else/&gt;


&lt;div class='cm_date'&gt;
&lt;data:comment.timestamp/&gt;
&lt;b:include data='comment' name='commentDeleteIcon'/&gt;
&lt;/div&gt;
&lt;div class='clear'/&gt;
&lt;/b:if&gt;
&lt;/div&gt;
&lt;b:if cond='data:comment.author == data:post.author'&gt;
&lt;div class='comment-body-author'&gt;
&lt;p&gt;&lt;data:comment.body/&gt;&lt;/p&gt;
&lt;/div&gt;
&lt;b:else/&gt;
&lt;p&gt;&lt;data:comment.body/&gt;&lt;/p&gt;
&lt;/b:if&gt;
&lt;/div&gt;
&lt;/b:if&gt;
&lt;/div&gt;
&lt;/div&gt;
&lt;/b:if&gt;
&lt;/b:loop&gt;
&lt;/div&gt;


&lt;div class='cm_pagenavi' id='cm_page_copy'/&gt;


&lt;b:if cond='data:post.embedCommentForm'&gt;
&lt;b:if cond='data:post.allowNewComments'&gt;
&lt;b:include data='post' name='comment-form'/&gt;
&lt;b:else/&gt;
&lt;data:post.noNewCommentsText/&gt;
&lt;/b:if&gt;
&lt;b:else/&gt;
&lt;b:if cond='data:post.allowComments'&gt;
&lt;a expr:href='data:post.addCommentUrl' expr:onclick='data:post.addCommentOnclick'&gt;&lt;data:postCommentMsg/&gt;&lt;/a&gt;
&lt;/b:if&gt;
&lt;/b:if&gt;


&lt;/b:if&gt;
&lt;/div&gt;

8. Change __BlogID__ with your ID. Just open your layout (or anything in your blogger account, and fine in the address bar, your id can show like "blogID=8169464817615630710#pageelements". the blue number is blog id (this one is mine, try to fine your own)

9. Save your template, and look your comment form.

Source : christiantateludotblogspotdotcom

Istilah yang salah kaprah

Sebuah pesan iklan televisi untuk sebuah maskapai pelayaran pesiar Karibia mengatakan demikian, "Bagi para tamu yang telah berjemur terlalu lama, kami menyediakan ranjang empuk yang banhkan spreinya telah dicuci dengan air lunak (soft water)." Betulkah demikian?
Tidak, copywriter iklan itu mungkin terganggu jalan pikirannya akibat berjemur terlalu lama. Bahkan wajar bila kita sampai mempertanyakan apakah maskapai pelayaran yang bisa menelan kekonyolan ini bulat-bulat mampu mengantarkan kapal mereka ke pelabuhan tujuan denagn selamat.
Alih alih mencemaskan para pembaca dengan menunjukkan mengapa kain sprei itu tidak akan lebih lunak, yang ingin saya ingatkan kepada para calon penumpang kapal pesiar itu adalah bahwa istilah hard water dan soft water tidak dimaksudkan untuk mengatakan ada air yang keras dan ada air yang lunak. Istilah tersebut sesungguhnya merujuk kepada hubungan antara air dan sabun, sehingga istilah yang lebuh tepat dalam hal ini seharusnya adalah air sulit dan air mudah.
Hard water (yang dalam bahasa indonesia disebut air sadah) adalah air yang banyak terdapat disekitar kita. Air itu mula-mula berasal dari hujan, kemudian mengalir melalui tumbuhan, batuan; ada ayng mengalir langsung ke sungai atau menggenang menjadi kolam atau danau, namun sebagian meresap kedalam tanah. Air tersebut selanjutnya dimanfaatkan oleh manusia. Dalam perjalanannya tadi mau tidak mau air mengikat karbon dioksida dari udara, yang menyebabkannya bersifat asam (acid): asam karbonat.
Meskipun sedikit, asam ini dapat melarutkan kalsium dan magnesium yang terkandung dalam batuan-batuan seperti batu kapur (kalsium karbonat) dan dolomit (campuran kalsium dan magnesium karbonat). Air juga dapat melarutkan sedikit mineral-mineral tertentu yang mengandung besi. Akibatnya, air yang akan kita pakai untuk madi atau mencuci dapat mengandung mineral-mineral seperti kalsium, magnesium dan besi.
Air tersebut disebut hard water karena sulit bagi sabun untuk menjalankan tugasnya dengan baik dalam air yang mengandung mineral-mineral ini. Sabun terdiri atas molekul-molekul panjang dengan salah satu ujung senang menggandeng air dan ujung lainnya senang menggandeng minyak (lihat artikel ini). Maka sabun mengerjakan tugas sebagai pembersih terutama dengan menggandeng minyak dan air bersama-sama.
Yang menjadi masalah, kalsium, magnesium dan besi bereaksi dengan ujung-ujung penggemar air pada molekul-molekul sabun utnk membentuk sebuah dadih keputihan seperti lilin yang tidak bisa larut. Akibatnya sebagian sabut terpisah dari air dan tidak dapat menjalankan tugasnya. Dadih sabun seperti ini lama kelamaan menempel pada pinggiran bak mandi atau bak cuci membentuk semacam cincin kerak yang tidak sedap dipandang.
Ada dua hal yang dapat diperbuat untuk mengatasi ketidakmampuan sabun menjalankan tugasnya dalam air sadah: Kita dapat "melunakkan" air itu atau kita mengganti sabun itu dengan deterjen sintetik.
Cara melunakna air atau menjadika air mau bekerja sama dengan sabun meliputi upaya untuk membuang mineral-mineral atau membuat mereka tidak efektif. Banyak alat pelunak air untuk rumah tangga membuang mineral melalui pertukaran ion (ion exchange). Penukar ion atau ion exchanger bekerja dengan cara menukar kalsium dan sebagainya dengan natrium, yang jinak karena merupakan bagian dari sabun.
Pada zaman dahulu (sekitar 50 tahun lalu), air sadah diperangi dengan menambhakan soda cuci (sodium bicarbonat) ke dalam bak cuci. Zat kimia ini membentuk kembali kalsium dan magnesium karbonat yang tidak dapat larut lalu endapatnya dibuang.
Bagaimanapun, sekarang praktis tidak ada orang yang menggunakan sabun untuk mencuci pakaian. Produk pencuci yang dipajang di rak-rak toko swalayan semuanya adalah deterjen sintetik (dan semuanya sama meskipun berbeda merek). Seperti sabun, deterjen mempunyai ujung penggemar minyak dan ujung penggemar air pada molekul-molekulnya, tetapi bahan ini menolak bereaksi dengan kalsium dan magnesium. Supaya lebih meyakinkan, bubuk pencuci ini bisanya mengandung bahan kimia pelunak air seperti fosfat dan soda cuci.
Bagaimanapun, air sadah tetap mandatangkan kerugian karena dapat menyumbat pipa radiator dan mempertebal dinding boiler. Ketika air sadah mendidih, kalsium dan magnesium yang terlarut keluar lagi dari air dalam bentuk batu kapur dan dolomit. Batuan ini --juga disebut kerak boiler-- dapat membentuk lapisan yang sulit dihilangkan pada bagian dalam boiler, pemanas air dan pipa radiator, kemudian menyumbat aliran airnya.
Jika air yang kita pakai memiliki kesadahan yang tinggi, coba periksa dinding teko teh kita menggunakan senter, maka kita akan menemukan kerak boiler berupa lapisan putih pada permukaannya. Kalau kita menjadi jijik karenanya, didihkan sedikit cuka --bahan yang bersifat asam-- dalam teko itu untuk melarutkan keraknya.

Post Ads / Pasang Iklan


rumah-dagip.blogspot.com open for you who interested to advertising in this blog. There are 2 options advertising model, that is 468x60 ads (upper) for $5 US Dollar a month and 125x125 ads (sidebar) for $3 US Dollar a month.
How to order?
  1. Fill This Form
  2. Make a payment to my paypal account (jalurbisnisdamas@gmail.com) according to the price of the desired banner
  3. Konfirm via email to damasgp@gmail.com or make a comment in recent articles
Advertisement must not contain adult content, if later I found that the ads contain adult content, I will pull the ads without notice.
Thank You.
==============> <==============
rumah-dagip.blogspot.com membuka kesempatan untuk kalian yang ingin memasang iklan di blog ini. ada 2 pilihan iklan, yaitu iklan 468x60 (diatas) dengan biaya Rp. 50.000 perbulan dan iklan 125x125 (sidebar) dengan biaya Rp. 25.000 perbulan.
Bagaimana cara memesannya?

  • Isi Formulir Ini
  • Lakukan pembayaran sesuai harga iklan ayng diinginkan via bank BRI dengan No. Rek. 620201002889533 atas nama Damas Gigih Pratama
  • Konfirmasi via email ke damasgp@gmail.com atau baut komentar di artikel terbaru.

Iklan tidak boleh mengandung konten dewasa, bila dikemudian hari saya menemukan bahwa iklan mengandung konten dewasa, iklan akan dicabut tanpa pemberitahuan.

Air Port Control Simulator

Is the altitude correct? Which plane can stay in the air longer? What direction are other planes coming from and is a collision likely? You are in control. Land all types of airplane on your airport, until there are no more incoming flights.
As Air Traffic Controller you will experience the stress, the hectic pace and the satisfaction of landing all of your planes as safely and as quickly as possible. Avoiding collisions at all times, direct planes to their correct landing path and runway, while monitoring their fuel load closely. Your results will be strictly monitored, a score attributed and new airports unlocked – but any accident will result in your immediate firing.

Features in Airport Control Simulator
  • Casual addictive game play
  • 15 Different International Airports
  • Realistic Air Plane Behavior
  • Dynamic Weather
  • Complete control over the airspace
  • Progressively harder levels and complex manoeuvres

Download : 
Airport Control Simulator Part 1
Airport Control Simulator Part 2


Password : rumah-dagip.blogspot.com

To increase your download speed and to join the file into 1 rar file, check this article

Brain Challenge

Give your brain a vitamin boost, and take a fun evaluation of your mental capacity. Work with your favorite personal coach to improve your cerebral agility. Delve into 20 distinct games in five categories (Memory, Visual, Logic, Match, and Focus). How do you cope with the day-to-day craze? Find out with the Daily and Stress Management Test. Keep track of your daily progress and evaluate your level of brain activity in Brain Challenge ™.
Visual, memory, logic game
Stress management mode
Manage your mental health


System Requirements:
OS: Windows XP/Vista/7
CPU: 800 Mhz
RAM: 256 MB
DirectX: 9.0
Hard Drive: 103 MB

Download : 

Big City Adventure San Francisco

Join the Big City Adventure treasure hunt and search for thousands of cleverly hidden items. Travel to all the most famous (and not so famous) locations around the cosmopolitan city of San Francisco. Discover 60 fascinating and obscure facts about San Francisco and it's history, plus, earn 60 cool mementos from the 20 amazing locations you'll visit. Big City Adventure is a great beginning to a new series of hidden object games.
  • Thousands of objects to find.
  • Exciting mini-games to master.
  • Beautiful sound and graphics.
  • Take a journey down under in
System Requirements:OS: Windows 2000/XP/Vista/7
CPU: 600 Mhz
RAM: 128 MB
DirectX: 6.0
Hard Drive: 28 MB


For better download process, check this article : IMPORTAN SOFTWARE TO SURF INTERNET

Things Mean A Lot

Apa yang membuat Bunda Aisyah tak sanggup menahan air mata rindu terhadap Rosulullah? Justru karena “perilaku kecil”, yakni meminta izin ketika hendak mendirikan shalat malam. Akan tetapi, mungkinkah kita memperhatikan soal-soal kecil yang membahagiakan istri atau suami kita kalau kita sendiri tidak memiliki perhatian yang besar?
Pada gilirannya, banyak sekali hal sepele yang disepelekan oleh setiap pasangan di dalam sebuah keluarga. Baik itu yang dilakukan oleh seorang suami terhadap istrinya ataupun sebaliknya. Hal tersebut seakan sudah biasa terjadi dan mungkin tanpa disadari hal semacam itu justru dapat menyebabkan renggangnya ikatan batin antara anggota keluarga (family bonding), baik antara suami dan istri maupun antara orang tua dan anak-anaknya, serta hal ini pun dapat menjadi pemicu retaknya hubungan di dalam keluarga itu sendiri.
Little things mean a lot. Yang kecil terkadang justru besar sekali maknanya. Hanya dari soal berpamitan ada banyak yang bisa terjadi kalau kita tidak memperhatikannya. Hanya karena keengganan memberitahu, sebuah “bom waktu” bisa sewaktu-waktu meledak dan menghanguskan seluruh tanaman cinta di rumah kita. Ini bukan berarti kita harus terkungkung oleh aturan yang kaku sebab sesungguhnya yang lebih dibutuhkan oleh seorang istri adalah penghargaan dan perhatian. Bukan laporan perjalanan yang rinci. 
Little things mean a lot. Kelihatannya sepele sehingga banyak yang menyepelekan. Akan tetapi, masalahnya tidak lagi sepele ketika apa yang seorang suami lakukan menyebabkan sang istri merasa disia-siakan. Salah satu perkara “kecil” yang sering mengundang masalah adalah sikap kita yang tidak bersahabat ketika pasangan kita sedang asyik bercerita. Beri perhatian kepadanya agar ia tak merasa sia-sia berbicara. Kalau memang sudah sering ia mengulang-ulang ceritanya itu, belajarlah berempati. Apa yang bagi Anda biasa-biasa dan remeh, bagi dia bisa merupakan pengalaman fantastik yang tak mudah dilupakan.
Little things mean a lot. Tampaknya sepele, tapi bisa membuat pasangan kita sakit hati jika kita menanggapi pertanyaannya tidak dengan jawaban yang semestinya. Mungkin Anda tidak bermaksud menyakiti hatinya, tetapi ia bisa merasa sakit hati jika pertanyaan yang sangat serius, Anda jawab dengan main-main. Saat ia bertanya apakah Anda sudah shalat Zhuhur, yang ia butuhkan adalah jawaban “belum” atau “sudah”, bukan ungkapan yang membuatnya merasa sia-sia bicara, “Ya sudah, dong…! Ini khan sudah hampir jam tiga.”
Little things mean a lot. Bahkan sesungguhnya Allah tidak pernah menyia-nyiakan kebaikan kita, sekecil apapun. Sesungguhnya, pada diri Ralulullah saw. Terdapat contoh yang baik, tempat kita bercermin untuk menata rumah tangga kita. Betapa banyak kisah agung yang ditampilkan oleh Nabi yang ma’shum dan betapa sedikit yang kita contoh. Salah satunya karena teramat sedikit kehidupan dan sabdanya yang kita ketahui. Astaghfirullahal’adzim.Wallahu a'lam

Source: ManajemenQolbu.Com

Benarkah Dia Sahabat?


Pada suatu hari dua orang sahabat sepakat untuk mengadakan perjalanan jauh bersama-sama. Mereka sahabat karib yang telah mengenal satu sama lain bertahun-tahun. Yang satu berjanji kepada yang lain, "Aku akan mendampingimu dalam kesulitan dan kegembiraan. Apa pun yang terjadi aku tetap bersamamu lebih-lebih dalam kesulitan di perjalanan."

Teman yang kedua, yang sedikit lemah dan penakut sangat senang mendengar janji itu. Mereka kemudian bepergian bersama-sama. Dalam perjalanan itu mereka harus melewati sebuah hutan lebat. Karena janji itu, teman yang lemah tidak takut.

Akan tetapi, sesudah setengah perjalanan tiba-tiba muncul dari kejauhan seekor beruang besar. Segera teman yang kuat itu memanjat sebatang pohon untuk menyelamatkan diri, meninggalkan temannya pada nasibnya. Teman yang lemah tidak dapat mengikuti apa yang dilakukan oleh teman yang kuat. Di saat panik itu tiba-tiba muncul gagasannya. Dia segera berbaring di tanah pura-pura mati. Dia menutup matanya rapat-rapat dan tidak berani bernafas. Teman yang di atas pohon mengamati beruang mendekati sahabatnya.

Beruang melangkah ke tempat orang itu berbaring, berjalan mengelilinginya, berhenti sesaat dekat telinganya, dan dengan tenang pergi menghilang. Dengan rasa lega teman yang berada di pohon turun, sementara yang satunya duduk.

"Aku mengamati beruang itu tampaknya membisikkan sesuatu kepadamu," kata teman yang lebih kuat. "Ya beruang itu berbisik begitu bodohnya aku mempercayai engkau," jawab orang itu dengan sikap dingin."Ujian terhadap suatu janji tertetak dalam pemenuhan janji itu."

Kind of English Language :)


Singlish (Singaporean English) is marked by 'lah' :
> Come on, buy-lah,
> cheap-lah,
> Quick-quick-lah,

Javalish.. The typical Javanese language:
> 'lho', 'lha', 'tho', 'kok', ki, etc
> Lho, I already bought that book !
> Kok, buying again ?
> I told you many times 'tho' !
> Lha, I did'nt know ... how ki !?
> Don't be like that, no....!?

Jakartenglish ? Jakarte English is marked by the
> 'sih', 'deh', 'dong', 'nih', etc
> That book is very good, deh.
> Can you speak english?.. yeah a little sih I can!
> Use my money first nih..
> Give me more dong..
> [Jeje] She is overthere, no.... (dia di sono,no....)

Other exclamation words of Java :
> wo_, wah, wé_, jian, and jé_
> Wé_ lha this book is mine jé...!
> Wo_, only like that tho!
> Wah, expensive, tho ?
> Jian, Paijem is so beautifull tenan.

Sundanglish is also available such as
> atuh, euy, mah
> Well, if that kind, it pretty so-so atuh
> It can't be that way euy..
> I am mah, not like that...
> anything else ?

There are also abundant 'sound effect' in Javanesse language.
> Suddenly, mak bedhengus den Tukiman appeared
> My head feels pain, mak cleng !
> Mak tlepok, I got a mango !
> My chicken is suddenly died, mak cekengkeng
> Mak gedebug, Kampreté fell down.
> Mak jegagik.... Oh, trondholo !

Did U Know?


If you yelled for 8 years, 7 months and 6 days you would have produced enough sound energy to heat one cup of coffee.
(Hardly seems worth it.)

The human heart creates enough pressure when it pumps out to the body to squirt blood 30 feet.
(O.M.G.!)

A pig's orgasm lasts 30 minutes.
(In my next life, I want to be a pig.)

A cockroach will live nine days without its head before it starves to death.
(Creepy.)
(I'm still not over the pig.)

Banging your head against a wall uses 150 calories an hour.
(Do not try this at home...... maybe at work.)

The male praying mantis cannot copulate while its head is attached to its body. The female initiates sex by ripping the male's head off.
("Honey, I'm home. What the....?!")

The flea can jump 350 times its body length. It's like a human jumping the length of a football field.
(30 minutes... lucky pig... can you imagine??)

The catfish has over 27,000 taste buds.
(What could be so tasty on the bottom of a pond?)

Some lions mate over 50 times a day.
(I still want to be a pig in my next life...quality over quantity)

Butterflies taste with their feet.
(Something I always wanted to know.)

The strongest muscle in the body is the tongue.
(Hmmmmmm........)

Right-handed people live, on average, nine years longer than left-handed people.
(If you're ambidextrous, do you split the difference?

Elephants are the only animals that cannot jump.
(OK, so that would be a good thing....)

A cat's urine glows under a black light.
(I wonder who was paid to figure that out?)

An ostrich's eye is bigger than its brain.
(I know some people like that.)

Starfish have no brains.
(I know some people like that too.)

Polar bears are left-handed.
(If they switch, they'll live a lot longer.)

Humans and dolphins are the only species that have sex for pleasure.
(What about that pig??)

Now that you've smiled at least once, it's your turn to spread the stupidity and send this to someone you want to bring a smile to.

Mau Tahu Lebih Banyak???

Terkait artikel sebelumnya yang berjudul "Sebelang menggandeng air, sebelah lagi menggandeng kotoran... kok bisa y?" ini tambahan artikel agar lebih paham. :)

Ada hal penting lain yang diperbuat oleh sabun: Bahan ini menjadikan air lebih basah. Artinya, sabun membantu air merasuk kedalam semua ceruk dan celah benda apa pun yang sedang dicuci.
Molekul air memiliki daya lekat ayng luar biasa dengan sesama. Akibatnya, sebuah molekul air dipermukaan sebuah badan air tertarin dengan kuat sekali oleh molekul-molekul lainnya di bagian lebih dalam. Sekarang, formasi paling kuat yang bisa dibentuk oleh sesedikit mungkin molekul air adalah bentuk bola; bangun bola memiliki luas permukaan paling kecil dibandingkan dengan bangun-bangun lain. Itulah sebabnya air membentuk titik-titik air seperti bola ketika mereka memperoleh kebebasan untuk berbuat demikian, msalnya ketika jatuh berupa hujan.
(Dalam dua dimensi, itu sebabnya para pioner Amerika dahulu "melingkarkan gerobak-gerobak" untuk berjaga terhadap perlawanan penduduk asli; garis pertahanan mereka terhadap serangan dari luar akan lebih panjang andaikata gerobak-gerobak dipasang membentuk formasi bujursangkar).
Gaya tarik kearah dalam yang dialami oleh molekul-molekul disuatu permukaan zat cair disebut "tegangan permukaan". Ini karena molekul-molekul permukaan, sedikit banyak, berbeda dari molekul-molekul di bagian lebih dalam.
Di bagian dalam suatu zat cair, sebuah molekul ditarik oleh sesama molekul diatas, di bawah, dan di sekelilingnya, dan semua gaya tarik tadi saling meniadakan. Tapi, sebuah molekul tepat di permukaan ditarik oleh molekul-molekul disekelilingnya kecuali dari atas; ini menyebabkan gaya tarik kebawah yang tidak memiliki lawan untuk mengimbangi. Akibatnya molekul-molekul di permukaan memiliki kelekatan lebih kuat dengan sesama molekul lainnya. Air seperti memiliki sebaris lapisan kencang dipermukaannya. Benda-benda kecil dan ringan bahkan dapat berbaring santai di permukaan tanpa menembus lapisan yang seperti "kulit" itu. Itu sebabnya laba-laba air dapat berselancar ria dipermukaan air yang tenang.
Coba masukkan sabun. Molekul-molekul sabun merusak tegangan permukaan air karena menyesaki permukaan air dengan kepala-kepala mereka yang penggemar air sementara ekor-ekor yang penggemar minyak menjulur keatas. Selain melemahkan ikatan diantara sesama molekul air, gabungan molekul sabun dan air juga menerima benda-benda lain dengan tangan lebih terbuka.....termasuk jarum yang semula dapat kita apungkan di permukaan air.

COBA DEH! karena tegangan permukaan, kita dapat merebahkan sebatang jarum jahit pada permukaan air dalam sebuah ember. Turunkan jarum itu pelan-pelan dengan bantuan sepasang tusuk gigi atau korek api.
Setelah puas menyaksikan jarum itu menikmati permukaan air yang tenang, taburkan beberapa butir bubuk deterjen ke dekatnya, tetapi jangan sampai seperti menjatuhkan bom. Deterjen lebih ampuh dibandingkan sabun dalam merusak tegangan permukaan. Setelah sebagian deterjen larut, jarum akan tenggelam ke dalam air.

Sebelah menggandeng air, sebelah lagi menggandeng kotoran.... Kok bisa ya!

Setiap kali ada sesuatu dalam tubuh kita, pakaian kita, atau mobil kita yang tidak kita sukai, kita mengatakan bahwa semua tadi "kotor" dan harus mencuci semuanya. Yang kita sebut kotoran bisa segala macam benda asing. Tapi, sabun tampakanya selalu patuh untuk membuangnya, dan hanya itu ayng diperbuatnya. Bagaimana sabun "tahu" mana yang disebut kotoran?
sepintas lalu tampaknya sabun adalah sejenis bahan ajaib yang mengenal dan menghormati kulit dan barang berharga kita padahal rakus sekali terhadap semua benda lain yang ada dimuka bumi. Tapi, bahan ajaib macam itu sebenarnya tidak ada. Untuk menjelaskannya, kita hanya perlu mendalami sifat-sifat dasar minyak dan air. Itu saja. Betapapun sederhana seperti kedengarannya, segala sesuatu yang kita sebut kotoran -atau lebih sopan, "bahan asing"- adalah bahan berminyak atau melekat dengan bantuan minyak. Dan sabun adalah pengusir minyak yang baik dan unik.
Agar dapat membayangkan bagaimana cara sabun mengusir kotoran, kita harus mempelajari terlebih dahulu bagaimana kita mendapatkan kotoran.
Setitik noda mikroskopik -yakni apapun yang tidak kita inginkan pada kulut atau baju kita- dapat melekat melalui salah satu dari dua cara: entah terperangkap secara mekanik dalam sebuah celah mikroskopik atau kotoran itu sendiri basah atau lembab, dan sifat itu ayng membuatnya melekat.  Contoh untuk yang pertama adalah kotoran yang kita peroleh akibat berdiri dipinggir jalan berdebu; sedangkan contoh untuk yang belakangan adalah ketika kaki kita terperosok kedalam lumpur. Dalam kasus manapun, pembilasan dengan air biasa, ditambah dengan sedikit menggosok atau menyikat, biasanya sudah cukup untuk melepaskan benda-benda asing macam ini. Dalam hal ini sabun sesungguhnya tidak diperlukan.
Tapi, bagaimana jika kotoran ini beselaput minyak, bukan air? Kotoran itu akan melekat pada kulit kita sebagai mana lumpur basah. Dalam kenyataan, kotoran itu tidak harus membawa minyaknya sendiri. Kulit kita sendiri sering sudah berlapis minyak yang cukup untuk membuat partikel-partikel kotoran melekat. Namun, tidak seperti lumpur, kotoran ini akan terus melekat, karena minyak tidak menguap dan mengering seperti air. Pembilasan biasa dengan air  juga tidak akan mengusirnya, karena air tidak pernah digubris oleh minyak; air bersih seolah-olah hanya menggelinding seperti yang terjadi ketika kita menyiram punggung seekor itik, yang bulu-bulunya berlapis minyak.
Oleh sebab itu, tampaknya ayng dapat kita perbuat unutk mengusir kotoran berminyak adalah mencari dan membuang minyaknya. Setelah itu barulah kotoran tadi dapat kita bilas dengan air bersih.
Kalau begitu, bagaimana kalau bak mandi kita isi dengan alkohol, minyak tanah atau bensin; bukankah itu pelarut minyak yang baik? Itulah yang diperbuat oleh pada dry cleaner terhadap pakaian kotor kita: Mereka memasukkan baju kita kedalam sebuah ember berisi zat pelarut seperti "perkloroetilena", atau yang sering disebut "perk", sebuah pelarut organik yang dikenal sebagai pembuang minyak ajaib. Mereka tetap menyebut proses ini dry cleaner kendati jelas-jelas baju kita dicelupkan kedalam seember cairan pelarut. Agaknya menurut mereka "basah" adalah istilah untuk benda yang disiram atau dicelupkan kedalah air. Jadi selama penyiraman atau perendamnya bukan air, berarti prosesnya "kering". Tentu saja ini salah.
Ssayang sekali cairan "perk" dalam bak mandi akan membunuh kita jauh lebih cepat dibandingkan bila kita berendam dalam alkohol, minyak tanah atau bensin, jadi lupakan saja gagasan tentang berendam dalam cairan pelarut. Tapi, ada bahan ayng hampir sama baik, namun tidak terlalu beracun (dipakai berkumur pun menurut laporan tidak apa-apa), yakni: sabun. Sabun sendiri sebetulnya tidak melarutkan minyak. Kerjanya yang mempesona adalah mengikat minyak ke dalam air, sehingga akhirnya minyak dan kotoran yang melekat karena minyak dapat dibilas dengan lebih mudah.
Molekul-molekul sabun berbentuk panjang dan tipis. Pada hampir seluruh panjangnya (boleh disebut "ekor") strukturnya tepat sama dengan molekul-molekul minyak. Tapi, pada salah satu ujungnya (disebut "kepala") ada sepasang atom yang muatan listriknya sedemikian sehingga hanya senang bergabung dengan molekul-molekul air, dan kepala inilah yang membuat seluruh molekul sabun menyatu dengan air -membuatnya dapat larut. Sewaktu berenang dalam air, apabila sekelompok molekul sabun bertemu dengan partikel kotoran berminyak pada pakaian, ekor mereka yang senang berteman dengan minyak akan mengikatkan diri ke molekul-molekul minyak, sedangkan kepala-kepala membuat molekul-molekul sabun tetap menyatu dengan air. Alhasil, minyak tertarik kedalah air; selanjutnya partikel kotoran yang semula disandera oleh minyak kini bebas untuk ikut bersama air.

Sabun : Kotoran yang dipakai untuk bersih-bersih

Kata orang, ada tiga hal ayng pembuatannya tidak ingin mereka lihat: Undang-undang, sosis dan sabun. Tentang para pembuat undang-undang, saya sudah mendengar terlalu banyak soal ini, dan saya merasa lebih baik tak tahu cara membuat sosis. Tapi, untuk yang terakhir ini, saya akan memaksakan diri: bagaimana cara orang membuat sabun?

Keadaan serba kotor yang dijumpai dalam pembuatan sabun bertentangan sekali dengan penggunaannya sebagai pembersih yang tiada bandingnya untuk hampir segala hal setidaknya sejak dua ribu tahun terakhir. Pembuatannya tidak pernah sulit, bahan-bahan dasarnya murah dan mudah didapat, yaitu lemak dan abu kayu. kadang-kadang orang juga menggunakan kapur.
Kita dapat membuatnya dengan seperti cara yang dilakukan oleh orang-orang romawi: Batu kapur dipanaskan untuk menghasilkan kapur. Kapur yang basah ditaburkan ke atas abu kayu yang masih panas kemudian diaduk sampai rata. Selanjutnya, dengan sekop, orang menyendok bubur kelabu yang dihasilkan ke dalam sebuah bejana berisi air panas dan mendidihkannya dengan tambahan beberapa potong lemak domba selama beberapa jam. Ketika lapisan buih berwarna coklat kotor yang tebal terbentuk dipermukaannya, dan menjadi keras setelah dingin, mereka memotong-motong lapisan keras tadi. Itulah sabun kita.
Atau, barangkali kita lebih suka pergi ketoko kemudian membeli sabun komersial masa kini yang sudah sangat dimurnikan. Selain sabun, yang sebetulnya adalah sebutan untuk sebuah senyawa kimia tertentu, orang menambahkan bahan pengisi, pewarna, parfum, deodoran, agen anti bakteri, bermacam-macam krim dan lotion, selanjutnya diiklankan dengan gencar. Kadang-kadang kadar iklan sebuah produk komersial lebih besar dari pada kadar sabunnya sendiri.
Setiap sabun dibuat melalui reaksi antara lemak dengan bahan yang disebut alkali-basa yang sangat kuat. (Basa adalah lawan dari asam). Sebagai ganti lemak kambing, sabun masa kini terbuat dari bermacam-macam lemak, termasuk lemak daging sapi dan anak domba, juga minyak kelapa, minyak biji kapas, dan minyak zaitun. Alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun sekarang biasanya adalah bahan yang disebut lye (soda api atau natrium hidroksida). Kapur juga alkali yang mudah didapat, sedangkan abu kayu kadang-kadang masih dipakai meski hanya sedikit karena bahan ini mengandung kalium karbonat yang bersifat basa.
Karena dibuat melalui pencampuran sebuah senyawa organik (asam lemak) dengan sebuah senyawa anorganik (alkali), molekul sabun mempertahankan beberapa ciri kedua orangtuanya. Molekul sabun mempunyai sebuah kaki organik yang senang bergandengan dengan bahan-bahan organik berminyak, dan sebuak kaki anorganik yang senang bergandengan dengan air. Itu sebabnya sabun mempunyai kemampuan tiada banding dalam menarik kotoran berminyak dari tubuh kita.
Kalau kita membaca bahan-bahan kimia berikut dalam daftar komponen pada label sebuah sampo, pasta gigi, krim cukur, atau kosmetik, jangan cemas atau terlalu terkesa; semuanya hanya nama kimia untuk sabun: natrium stearat, natrium oleat, natrium palmitat, natrium miristat, natrium laurat, natrium talowat dan natrium kokoat. Jika "natrium" atau "sodium" diganti dengan "kalium" atau "potasium", sabun termaksud dibuat dari bahan kalium hidroksida (caustic potash) sebagai ganti soda api atau kaustik soda (lye, atau natrium hidroksida). Sabun kalium lebih lunak, bahkan bisa berwujud cair.
 
Copyright © 2011. My World Is Yours - All Rights Reserved
Template Modify by My World Is Yours
Proudly powered by Blogger