Home » » Istilah yang salah kaprah

Istilah yang salah kaprah

Sebuah pesan iklan televisi untuk sebuah maskapai pelayaran pesiar Karibia mengatakan demikian, "Bagi para tamu yang telah berjemur terlalu lama, kami menyediakan ranjang empuk yang banhkan spreinya telah dicuci dengan air lunak (soft water)." Betulkah demikian?
Tidak, copywriter iklan itu mungkin terganggu jalan pikirannya akibat berjemur terlalu lama. Bahkan wajar bila kita sampai mempertanyakan apakah maskapai pelayaran yang bisa menelan kekonyolan ini bulat-bulat mampu mengantarkan kapal mereka ke pelabuhan tujuan denagn selamat.
Alih alih mencemaskan para pembaca dengan menunjukkan mengapa kain sprei itu tidak akan lebih lunak, yang ingin saya ingatkan kepada para calon penumpang kapal pesiar itu adalah bahwa istilah hard water dan soft water tidak dimaksudkan untuk mengatakan ada air yang keras dan ada air yang lunak. Istilah tersebut sesungguhnya merujuk kepada hubungan antara air dan sabun, sehingga istilah yang lebuh tepat dalam hal ini seharusnya adalah air sulit dan air mudah.
Hard water (yang dalam bahasa indonesia disebut air sadah) adalah air yang banyak terdapat disekitar kita. Air itu mula-mula berasal dari hujan, kemudian mengalir melalui tumbuhan, batuan; ada ayng mengalir langsung ke sungai atau menggenang menjadi kolam atau danau, namun sebagian meresap kedalam tanah. Air tersebut selanjutnya dimanfaatkan oleh manusia. Dalam perjalanannya tadi mau tidak mau air mengikat karbon dioksida dari udara, yang menyebabkannya bersifat asam (acid): asam karbonat.
Meskipun sedikit, asam ini dapat melarutkan kalsium dan magnesium yang terkandung dalam batuan-batuan seperti batu kapur (kalsium karbonat) dan dolomit (campuran kalsium dan magnesium karbonat). Air juga dapat melarutkan sedikit mineral-mineral tertentu yang mengandung besi. Akibatnya, air yang akan kita pakai untuk madi atau mencuci dapat mengandung mineral-mineral seperti kalsium, magnesium dan besi.
Air tersebut disebut hard water karena sulit bagi sabun untuk menjalankan tugasnya dengan baik dalam air yang mengandung mineral-mineral ini. Sabun terdiri atas molekul-molekul panjang dengan salah satu ujung senang menggandeng air dan ujung lainnya senang menggandeng minyak (lihat artikel ini). Maka sabun mengerjakan tugas sebagai pembersih terutama dengan menggandeng minyak dan air bersama-sama.
Yang menjadi masalah, kalsium, magnesium dan besi bereaksi dengan ujung-ujung penggemar air pada molekul-molekul sabun utnk membentuk sebuah dadih keputihan seperti lilin yang tidak bisa larut. Akibatnya sebagian sabut terpisah dari air dan tidak dapat menjalankan tugasnya. Dadih sabun seperti ini lama kelamaan menempel pada pinggiran bak mandi atau bak cuci membentuk semacam cincin kerak yang tidak sedap dipandang.
Ada dua hal yang dapat diperbuat untuk mengatasi ketidakmampuan sabun menjalankan tugasnya dalam air sadah: Kita dapat "melunakkan" air itu atau kita mengganti sabun itu dengan deterjen sintetik.
Cara melunakna air atau menjadika air mau bekerja sama dengan sabun meliputi upaya untuk membuang mineral-mineral atau membuat mereka tidak efektif. Banyak alat pelunak air untuk rumah tangga membuang mineral melalui pertukaran ion (ion exchange). Penukar ion atau ion exchanger bekerja dengan cara menukar kalsium dan sebagainya dengan natrium, yang jinak karena merupakan bagian dari sabun.
Pada zaman dahulu (sekitar 50 tahun lalu), air sadah diperangi dengan menambhakan soda cuci (sodium bicarbonat) ke dalam bak cuci. Zat kimia ini membentuk kembali kalsium dan magnesium karbonat yang tidak dapat larut lalu endapatnya dibuang.
Bagaimanapun, sekarang praktis tidak ada orang yang menggunakan sabun untuk mencuci pakaian. Produk pencuci yang dipajang di rak-rak toko swalayan semuanya adalah deterjen sintetik (dan semuanya sama meskipun berbeda merek). Seperti sabun, deterjen mempunyai ujung penggemar minyak dan ujung penggemar air pada molekul-molekulnya, tetapi bahan ini menolak bereaksi dengan kalsium dan magnesium. Supaya lebih meyakinkan, bubuk pencuci ini bisanya mengandung bahan kimia pelunak air seperti fosfat dan soda cuci.
Bagaimanapun, air sadah tetap mandatangkan kerugian karena dapat menyumbat pipa radiator dan mempertebal dinding boiler. Ketika air sadah mendidih, kalsium dan magnesium yang terlarut keluar lagi dari air dalam bentuk batu kapur dan dolomit. Batuan ini --juga disebut kerak boiler-- dapat membentuk lapisan yang sulit dihilangkan pada bagian dalam boiler, pemanas air dan pipa radiator, kemudian menyumbat aliran airnya.
Jika air yang kita pakai memiliki kesadahan yang tinggi, coba periksa dinding teko teh kita menggunakan senter, maka kita akan menemukan kerak boiler berupa lapisan putih pada permukaannya. Kalau kita menjadi jijik karenanya, didihkan sedikit cuka --bahan yang bersifat asam-- dalam teko itu untuk melarutkan keraknya.

Related Articles



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di My World Is Yours

0 comments:

 
Copyright © 2011. My World Is Yours - All Rights Reserved
Template Modify by My World Is Yours
Proudly powered by Blogger